Senin, 18 Januari 2016

Sayap Kiri



Beneran saya tidak ingin seperti 'dia'.

Siapa 'dia'?

'Dia' posisi duduknya menghadap saya tapi tidak saling berhadapan, melainkan ia berada di posisi kiri saya dengan arah meja dan kursi menghadap saya. Sebut saja ini posisi 'sayap kiri'.

Posisi sayap kiri ini aura negatifnya sangat kuat. Almost every day kalau enggak salah wajahnya bak dipenuhi masalah. Rasanya yang namanya wajah happy itu bisa dibilang jarang singgah padanya, hanya sesekali saja wajahnya terlihat sumringah.

Tapi, tadi pagi ketika ia memasuki ruangan ia berucap salam cukup keras "Assalamu'alaikum" suara sapa salamnya terdengar meski saya sendiri belum melihat penampakan dirinya. Wouw wouw ... kemajuan nih, saya tersenyum dalam hati. Point 10 buat 'dia', 10 pahala kebaikan baginya. Coba kalau mengucap salamnya lengkap Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuhu wouw 30 point dong buatnya. Andai salam itu bisa meresap ke dalam hatinya, tidak hanya untuk orang yang diberi salam tetapi biarlah doa itu bisa membuat hatinya tenang, tentrem, damai loh jinawi. Amin.

Maaf tulisan ini bukan berniat menjelek-jelekan tetapi semacam keterkejutan saja.

'Dia' sekarang mulai pandai mengaji, dan pandai bertausiah, semoga kepandaiannya ini tidak membuat 'dia' menjadi pongah. Amin.


Note : Sebuah catatan di awal Desember 2015


Salam,
Aunti "eMDi" Dazzling

Senin, 11 Januari 2016

"Man Jadda Wa Jadda"


Aku mau "A" maka jadilah. Ibarat mantra suci "Kun Fayakun" yang artinya "Jadilah maka terjadilah." Atau mantra suci “Man Jadda Wa Jadda” yang artinya "Siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan,"  begitulah yang terjadi dengan atasan saya, sebutlah si Boss, apa yang ia kehendaki pasti terlaksana tanpa seorang pun dapat menghalanginya.

Luar biasa! Pasti. Bagaimana tidak, semua yang ia inginkan akan terlaksana sesuai kemauannya tanpa ada seorang pun yang dapat mematahkannya even oleh  seorang direktur sekali pun.  Entah kekuatan apa yang ia miliki, pokoknya "Ruarrrr biasa!"

Di tempat saya bekerja hampir setiap akhir tahun perusahaan mengadakan sebuah acara, acara syukuran dan doa akhir dan awal tahun.  

Ada yang menarik dari acara akhir tahun kali ini, biasanya acara akhir tahun diisi dengan doa, panggung hiburan dan ramah-tamah diakhiri dengan dibagi bonus tahunan, tetapi untuk kali ini berbeda, acara akan diisi dengan pembacaan al'quran dan saritilawah kemudian tausiah plus ada marawis. Yang keren, tausiah akan dibawakan oleh guru spiritualnya dan marawis dari kumpulan marawis di lingkungan rumahnya. Sebetulnya tidak ada yang buruk, yang terlihat kurang wajar justru semua acara adalah atas keinginannya sendiri. Dibuat, diputuskan dan dilaksanakan atas keinginannya sendiri, sedang masukan dari orang lain minggiiiirrr bang!

Pembacaan  al'quran, saritilawah dan tausiah adalah sesuatu yang baik. Lafalan doa dan pujian akan membawa kebaikan tentunya. Air putih yang dibacakan doa yang baik saja (doa dalam agama atau bahasa apa pun) akan bereaksi baik, apalagi acara tutup tahun ini pun diisi dengan doa, pastinya itu akan membawa kebaikan dan lebih afdol tentunya.

Kegiatan besutan si Boss ini tentulah adalah sesuatu yang baik, karena itu berarti ia lebih concern dengan yang namanya akherat dibanding duniawi. Yang jadi masalah justru sekarang saya, saya bingung, semua orang menggunakan baju gamis sedang saya tidak, bagaimana saya bisa berkumpul diacara akhir tahunan ini jika semuanya tampak dibuat khusus untuk muslim sedang saya non muslim. tau ah gelap

Saya bingung!

Jika saya tidak ikut, kok sepertinya naif banget. Mau ikut bingung.

Saya bukan tipe orang yang menolak acara seperti ini, karena jauh sebelumnya di tempat saya bekerja ini sering mengadakan syukuran yang diisi ceramah oleh seorang ustadz, saya sih sebenarnya no problem. Bisa duduk bareng, berkumpul mendengarkan ceramah dari ustadz dan mendengarkan ayat-ayat suci al quran yang dilafalkan oleh semua yang hadir. Saya menghargainya dengan duduk tenang dan mendengarkannya.

Sebenarnya tidak ada masalah yang krusial, cuma kok saya sangat penasaran saja dengan mantra-mantranya si Boss yang tokcer punya itu. 

Jika si Boss bisa dengan fasih memantrakan matra suci "Man Jadda Wa Jadda," Maka saya harus melafalkan mantra suci “Man Shabara Zhafira,” yang artinya "siapa yang bersabar akan beruntung."

Dan semoga saya bisa sabar dan beruntung. Amin.


Aha, ini dia kalimat mandraguna yang menguatkan saya :

"mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
carilah, maka kamu akan mendapat;
ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu."
~ Matius 7:7 ~


Salam,
Auntie 'eMDi '  Dazzling