Saya Raja Gabriel Jonggi Silaban menyambut engkau, Meri Kristiani sebagai istriku dan berjanji : Bahwa saya akan tetap setia kepadamu, serta mengasihimu dalam suka dan duka, bahwa saya akan memeliharamu dengan setia, sebagaimana wajib diperbuat oleh seorang suami yang beriman kepada Yesus Kristus.
Janji suci pernikahan mempelai pria kepada mempelai perempuan dengan terbata-bata. Ada luapan emosi bahagia dan kelegaan tertuang lewat nada suaranya. Dan, ada air mata memaksa keluar dari kedua kelopak matanya. Dan itu bukan gimmick.
Tidak biasanya dan belum pernah saya menyaksikan pemberkatan nikah yang membuat saya sangat tersentuh. Dari nada suara, semua yang hadir bisa merasakan janji suci yang keluar dari dasar hati sang mempelai pria tulus dan sungguh-sungguh. Bagaimana tidak untuk mengucapkan kalimat sederhana diatas saja cukup membuat si mempelai bahkan semua yang hadir ikut meneteskan air mata. Ada janji setia yang diucapkan dari lubuk terdalamnya. Saya termasuk salah satu saksi dari sekian yang hadir mendengarkan janji suci Ogi kepada keponakan saya, Meri, yang menggetarkan hati setiap yang mendengar.
Selesai prosesi pemberkatan, pendeta bertanya pada mempelai pria, "Sekarang lihat Meri, apa dia cantik?" tanya pak pendeta pada Ogi, dengan kepala antara mengangguk-angguk dan menggeleng ia menjawab dengan suara masih bergetar, "Cantik... cantik sekali," jawabnya sambil menatap Meri di depannya.
Semua yang hadir tersenyum termasuk pak pendeta mendengar jawabannya. "Dulu saya juga cakep lho, candanya. Tapi kecantikan atau ketampanan itu tidak akan selamanya abadi, lama-lama ia akan pudar. Hanya cinta kasih yang akan abadi," tambah pendeta.
"Jonggi... sekarang Meri adalah istrimu, peluk dan ciumlah," kata pendeta lagi. Ogi tampak ragu untuk segera memeluk dan mencium Meri, istrinya sekarang. Ia masih berdiri dan menatap Meri dengan ragu-ragu. Dari kursi tempat saya duduk, saya bisa melihat Ogi berbicara dengan suara seperti berbisik pelan pada Meri meminta persetujuannya untuk ia boleh mencium Meri. Kalau enggak salah begini ia ngomong, "Cium ya... cium ya," katanya dengan kepala sedikit diangguk-angguk meminta persetujuan Meri.
Beberapa detik berlalu, Ogi masih berdiri mematung berhadapan dengan Meri tanpa melaksanakan seperti pendeta bilang. Tak lama, terdengar pendeta mengingatkannya untuk memeluk dan mencium istrinya.
Dan beberapa detik kemudia. Eng ing eng....
Ogi mendekati dan memeluk Meri, kemudian ia mencium kening Meri dalam. Tampaknya ciuman meski di kening cukup hot euy! Kerasa gitu di hati yang lihat, hehe... maksudnya ketulusan cinta Ogi pada Meri lho!
Semua yang hadir terharu. Tapi, pak pendeta ternyata kurang puas dengan apa yang Ogi lakukan. Maka ia berkata, "Jonggi, kamu yakin hanya seperti itu mencium istrimu?"
Ogi terdiam. Ada keragu-raguan dari bahasa tubuhnya.
Selang beberapa detik kemudian, pak pendeta bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama. Akhirnya Ogi menggangguk lemah, "Ya pak, cukup!" jawabnya dengan bahasa tubuh yang sebenarnya bertolak belakang dengan apa yang diucapkan.
"Mereka dipaksa," kata Michael putra dari Esther, keponakan saya.
"Mungkin mereka malu," sahut Caca, putri saya.
Kedua anak kecil, laki-laki dan perempuan ini menjadi komentator tak berbayar alias gratisan dari pernikahan ini.
Tak berapa lama pak pendeta berkata pada Meri, "Meri ini adalah suamimu, peluk dan ciumlah ia," katanya. Tanpa menunggu aba-aba berulang, Meri mendekat pada Ogi, kemudian ia memeluk dan ouw..ouw..ouww... ia mencium tepat di bibir suaminya, yang disambut langsung oleh Ogi dengan gegap gempita eh maksudnya dengan senang hati, tentunya.
Prok prok prook....!
Terdengar suara riuh tepuk tangan dan berisik dari semua yang hadir. Semuanya menyambut gembira. Jika Ogi begitu grogi dan takut untuk mencium Meri, berbeda dengan Meri, ia berani menyatakan rasa sayangnya pada suaminya dengan tidak malu-malu. Psstt... off the record "Ciumanku malu-maluin 'gak sih?," tanya Meri esok harinya, ketika kami semua berkumpul membicarakan pemberkatan nikah yang amazing itu. #Enggak malu-maluin Mer, itu sih namanya penuh inisiatif hehe..!
Kejadian ini membuat semua tertawa bahagia, termasuk pak pendeta, ia bilang, "Ternyata orang timur lebih berani," candanya sambil tersenyum. Maksud pak pendeta Meri yang kerunan gado-gado ini, ada Ambon, Sunda, Cina mengalir dalam darahnya, dianggap lebih berani dari Ogi yang kerununan batak.
Menurut pak pendeta, orang barat (orang bule) lebih berani menyatakan cintanya kepada pasangannya dari pada kita orang timur, mereka berani mencium bibir istrinya di depan banyak orang dalam acara pernikahan tanpa malu-malu.
Ogi memang keturunan darah batak, tetapi sifat lembutnya menjadikan ia seperti bukan kerunanan suku batak, ini cukup membuat pak pendeta amaze terhadapnya. Dalam wejangannya, pak pendeta bilang, "Saya belum pernah bertemu orang batak yang sehalus dia, Meri kamu harus bersyukur mendapat suami seperti Jonggi, seorang bersuku batak. Sepanjang pengalaman saya, pernikahan beda suku itu biasanya toleransinya besar. Contohnya saya, istri saya beda suku dengan saya dan kami sangat menghargai perbedaan adat kebiasaan masing-masing. Tapi, bukan berarti satu suku tidak baik ya," katanya lagi.
Selesai prosesi pemberkatan, pendeta bertanya pada mempelai pria, "Sekarang lihat Meri, apa dia cantik?" tanya pak pendeta pada Ogi, dengan kepala antara mengangguk-angguk dan menggeleng ia menjawab dengan suara masih bergetar, "Cantik... cantik sekali," jawabnya sambil menatap Meri di depannya.
Semua yang hadir tersenyum termasuk pak pendeta mendengar jawabannya. "Dulu saya juga cakep lho, candanya. Tapi kecantikan atau ketampanan itu tidak akan selamanya abadi, lama-lama ia akan pudar. Hanya cinta kasih yang akan abadi," tambah pendeta.
"Jonggi... sekarang Meri adalah istrimu, peluk dan ciumlah," kata pendeta lagi. Ogi tampak ragu untuk segera memeluk dan mencium Meri, istrinya sekarang. Ia masih berdiri dan menatap Meri dengan ragu-ragu. Dari kursi tempat saya duduk, saya bisa melihat Ogi berbicara dengan suara seperti berbisik pelan pada Meri meminta persetujuannya untuk ia boleh mencium Meri. Kalau enggak salah begini ia ngomong, "Cium ya... cium ya," katanya dengan kepala sedikit diangguk-angguk meminta persetujuan Meri.
Beberapa detik berlalu, Ogi masih berdiri mematung berhadapan dengan Meri tanpa melaksanakan seperti pendeta bilang. Tak lama, terdengar pendeta mengingatkannya untuk memeluk dan mencium istrinya.
Dan beberapa detik kemudia. Eng ing eng....
Ogi mendekati dan memeluk Meri, kemudian ia mencium kening Meri dalam. Tampaknya ciuman meski di kening cukup hot euy! Kerasa gitu di hati yang lihat, hehe... maksudnya ketulusan cinta Ogi pada Meri lho!
Semua yang hadir terharu. Tapi, pak pendeta ternyata kurang puas dengan apa yang Ogi lakukan. Maka ia berkata, "Jonggi, kamu yakin hanya seperti itu mencium istrimu?"
Ogi terdiam. Ada keragu-raguan dari bahasa tubuhnya.
Selang beberapa detik kemudian, pak pendeta bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama. Akhirnya Ogi menggangguk lemah, "Ya pak, cukup!" jawabnya dengan bahasa tubuh yang sebenarnya bertolak belakang dengan apa yang diucapkan.
"Mereka dipaksa," kata Michael putra dari Esther, keponakan saya.
"Mungkin mereka malu," sahut Caca, putri saya.
Kedua anak kecil, laki-laki dan perempuan ini menjadi komentator tak berbayar alias gratisan dari pernikahan ini.
Tak berapa lama pak pendeta berkata pada Meri, "Meri ini adalah suamimu, peluk dan ciumlah ia," katanya. Tanpa menunggu aba-aba berulang, Meri mendekat pada Ogi, kemudian ia memeluk dan ouw..ouw..ouww... ia mencium tepat di bibir suaminya, yang disambut langsung oleh Ogi dengan gegap gempita eh maksudnya dengan senang hati, tentunya.
Prok prok prook....!
Terdengar suara riuh tepuk tangan dan berisik dari semua yang hadir. Semuanya menyambut gembira. Jika Ogi begitu grogi dan takut untuk mencium Meri, berbeda dengan Meri, ia berani menyatakan rasa sayangnya pada suaminya dengan tidak malu-malu. Psstt... off the record "Ciumanku malu-maluin 'gak sih?," tanya Meri esok harinya, ketika kami semua berkumpul membicarakan pemberkatan nikah yang amazing itu. #Enggak malu-maluin Mer, itu sih namanya penuh inisiatif hehe..!
Kejadian ini membuat semua tertawa bahagia, termasuk pak pendeta, ia bilang, "Ternyata orang timur lebih berani," candanya sambil tersenyum. Maksud pak pendeta Meri yang kerunan gado-gado ini, ada Ambon, Sunda, Cina mengalir dalam darahnya, dianggap lebih berani dari Ogi yang kerununan batak.
Menurut pak pendeta, orang barat (orang bule) lebih berani menyatakan cintanya kepada pasangannya dari pada kita orang timur, mereka berani mencium bibir istrinya di depan banyak orang dalam acara pernikahan tanpa malu-malu.
Ogi memang keturunan darah batak, tetapi sifat lembutnya menjadikan ia seperti bukan kerunanan suku batak, ini cukup membuat pak pendeta amaze terhadapnya. Dalam wejangannya, pak pendeta bilang, "Saya belum pernah bertemu orang batak yang sehalus dia, Meri kamu harus bersyukur mendapat suami seperti Jonggi, seorang bersuku batak. Sepanjang pengalaman saya, pernikahan beda suku itu biasanya toleransinya besar. Contohnya saya, istri saya beda suku dengan saya dan kami sangat menghargai perbedaan adat kebiasaan masing-masing. Tapi, bukan berarti satu suku tidak baik ya," katanya lagi.
Rasanya melihat pemberkatan perkawinan mereka ini sungguh unik dan berbeda. Ada tawa dan haru menyaksikannya. Selesai pemberkatan acara dilanjutkan hidangan makan di GSG belakang gereja. Sebelum hidangan makan ini ada acara lempar bunga dan lempar boneka. Oya, buku tamu mereka juga unik, di sana disediakan beberapa bak tinta warna-warni untuk jempol para undangan, sidik jari undangan ini di cap-kan di ranting-ranting pohon. So creative you are, my niece!
Anyway, selamat atas pernikahan kalian. Semoga berbahagia. Biar Tuhan memelihara hidup perkawinan kalian. Amin
Matius 19:6, Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
Anyway, selamat atas pernikahan kalian. Semoga berbahagia. Biar Tuhan memelihara hidup perkawinan kalian. Amin
Matius 19:6, Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
Foto-foto pre wedding mereka, yang membuat auntie iri. Sumpah! (Maaf fotonya blur semua, hasil print out jelek, tintanya blobor hehe...)
unforgettable moment
*De, nanti fotonya auntie ganti ya yang gak blur! (kirim soft copy-nya ya)
Salam,
Auntie 'eMDi ' Dazzling