Jumat, 20 November 2015

Zakat Maal


"Duh... semalem aku nggak bisa tidur!" kata rekan kerja perempuan sekaligus atasan saya tadi pagi di kantor dengan wajah tersenyum-senyum.
"Kenapa?" tanya saya.
"Gara-gara tadi malem aku diceramahin sama bu Hajjah Shinta sampai jam sebelas malam," katanya lagi.

Dan, beginilah ceritanya.

H. Shinta    : "Bu Nur bayar zakat?" 
B. Nur        : "Bayar bu, setiap Idul Fitri saya keluarkan zakat."
H. Shinta   : "Maksud saya bukan itu, itu namanya zakat fitrah! Maksud saya emmm... mbak Nur bayar zakat harta?"

Ia menggeleng. Entah itu artinya gelengan tidak bayar zakat atau gelengan tak mengerti.

 B. Nur        : "Tidak bu."
 H. Shinta  : "Membayar zakat maal itu hukumnya sama dengan shalat lima waktu yaitu wajib hukumnya."

Deg! Hatinya bergetar.

H. Shinta : "Zakat fitrah itu berbeda dengan zakat maal mbak. Kita harus mengeluarkan zakat atas harta yang kita miliki atau gaji yang kita terima. Kalau harta yang kita miliki tidak kita zakatkan, kelak di akherat nanti si harta yang tidak kita zakatkan itu akan menjelma menjadi mahluk yang menakutkan dan ia akan mengejar-ngejar kita terus. Jika kita tanya, siapa kamu? Ia akan menjawab aku hartamu yang tidak kamu zakatkan. Bahkan jika kita tidak membayar zakat harta masuk neraka pun caranya dengan dilempar," jelasnya lagi.
B. Nur       : "Terus bagaimana dengan saya, bu?"
H. Shinta   : "Kalau mbak Nur berat membayar sekaligus, mbak Nur bayarnya bisa satu-satu dulu, misal bayar zakat maal rumah dulu," terang bu ustadzah.

Ia diam.

H. Shinta : "Oya, mbak Nur sudah daftar naik haji?"
B. Nur    : "Belum bu, sebenarnya saya ingin daftar naik haji tetapi suami saya tidak mau, susah diajaknya."
H. Shinta : "hukumnya wajib loh mbak, jika kita mempunyai dua rumah, salah satu rumah dijual untuk naik haji," terang bu ustadzah.


"Suamiku susah diajaknya. Waktu Umrah kemarin aja awalnya dia enggak mau tuh," keluhnya pada saya disela ia bercerita.

"Dan tadi malem aku ngebayangi mahluk yang diceritakan bu Shinta itu mengejar-ngejar aku, aku takut banget sampe nggak bisa tidur,"  sambungnya lagi padaku.
"Bu Shinta bilang begini, nanti mbak Nur lagi dikejar-kejar sama mahluk itu Raffi malah lagi asik bermain bola dan Icha lagi asik berbelanja, mbak Nur sendirian deh di sana. Ihh... aku takut banget deh ngebayanginnya. Terus ngebayangi kuburan yang sempit dan serem ihh!" ujarnya sambil bergidik.

Mendengar ceritanya membuat saya ingat diri sendiri. Jika di agama Islam ada yang namanya membayar zakat maal, maka di agama Kristen ada yang namanya Persepuluhan.

Menurut agama Islam ada hak orang lain yang menempel di harta kita, maka itu harus ada zakat maalnya sebesar 2,5%. 2,5% itu haknya orang lain.

Sedang Persepuluhan adalah justru milik Tuhan. Persepuluhan adalah berkat Tuhan yang harus dikembalikan kepada Tuhan sebesar 10%.

Dan, ssttt... saya malu, saya tidak rutin mempersembahkan persepuluhan ini. Jika saya merasa cukup banyak rejeki baru deh saya mempersembahkan persepuluhan, sedang jika merasa duit cekak saya tidak memberikan persepuluhan yang adalah milik Tuhan.

Sebuah ayat alkitab mengingatkan akan persepuluhan ini :

Maleakhi 3:10, Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman Tuhan semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. 

Saya sedih mengapa saya tidak memprioritaskan persepuluhan ini. Padahal saya percaya dengan janji Tuhan di atas (Maleakhi 3:10) bahwa Tuhan akan membukakan tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat sampai berkelimpahan jika kita membawa persembahan persepuluhan kepadaNya.

Satu PR saya mulai hari ini adalah belajar mempersembahkan persepuluhan dengan sukacita. Saya percaya persepuluhan adalah hak Tuhan, dan sisa 90% milik kita akan Ia jaga buat kita, hingga kita tidak pernah berkekurangan melainkan akan berkelimpahan.

Hai auntie Lie, Ingat! Persepuluhan adalah milik Tuhan. Seperti ada tertulis :

Ulangan 26:12, Apabila dalam tahun yang ketiga, tahun persembahan persepuluhan, engkau sudah selesai mengambil segala persembahan persepuluhan dari hasil tanahmu, maka haruslah engkau memberikannya kepada orang Lewi, orang asing, anak yatim dan kepada janda.

Mengutip dari sebuah situs (maaf situsnya saya lupa) : Orang Lewi adalah suku yang Tuhan khususkan untuk melayani Tuhan, dalam masa sekarang ini adalah gereja. Jadi persepuluhan ini dapat kita berikan kepada gereja, biarlah gereja yang mengelola persembahan persepuluhan itu untuk segala keperluan pelayanan. Karena anak yatim dan janda juga sebenarnya berhak menerimanya, selayaknyalah gereja menyalurkan persepuluhan kepada mereka, orang yang membutuhkan.Tetapi agar kita tidak terlalu repot, memberikan sepersepuluhan kepada gereja adalah yang paling baik, biarlah gereja yang mengelolanya.


Dan biarlah kita mempersembahkannya dengan kerelaan hati.

2 Korintus 9:7, Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita



Salam,
Auntie 'eMDi '  Dazzling

Tidak ada komentar:

Posting Komentar